Cari Blog Ini

Selasa, 09 April 2013

REMAJA KITA BEDA DENGAN REMAJA SEKARANG



Benarkah ini akibat dari perubahan zaman dan pergerseran norma sosial?

Kasus kriminal  akhir-akhir  ini semakin mengerikan, hampir semua korban atau pun pelakunya adalah sebagian besar REMAJA.

Gimana ga miris? Aku punya dua orang keponakan yang udah beranjak dewasa. Dan aku juga seorang tenaga pengajar di sekolah tingkat pertama.

Mari kita lihat kasus apa sih yang jadi momok remaja saat ini:

1.       Bullying

2.       Tawuran

3.       Pergaulan bebas

Sepele memang kalau kita lihatnya cuma segelintir aja remaja modelnya kayak begini. Tapi kalau kalian banyak  lihat televisi atau sosmed, ini bukan hal sepele. IT’S A BIG THING yang kita sebut PR para orang tua.

 

No. 1 Bullying:

Kadang ga sadar ya panggilan-panggilan lucu atau panggilan akrab itu adalah salah satu bentuk bullying yang ga disardari. Missal kayak manggil “hai, ndut!” lucu ya kalo manggil anak kecil kaya gitu, kita yang anggap itu lucu, pernah mikir dia perasaannya gimana? Kalau kita panggil dia di depan temen-temennya? kalau kita panggil dia saat dia udah remaja? Rasa-rasain sendiri aja deh ^^. Ada baiknya hilangkan kebiasaan manggil dengan panggilan lucu atau kecil. Memanggil dengan nama pendek jauh lebih baik dan lebih enak. Ada lagi bentuk bullying terbaru, yaitu dengan saling memanggil dengan nama panggilan pake nama orang tua. Pernah ngalamin? Aku pernah, sampai aku ga pengen temen-temen sekolah tahu nama bapakku. Coba kita hindari deh, ucapan yang kurang baik ini. Ga ada ruginya kok, it’s a good thing. Orang akan lebih hormat sama kita, sebelum kamu ingin dihormati, hormatilah orang lain.

 

Bullying juga bisa dari ketimpangan sosial saat bergaul. Pernah tahu atau pernah ngalamin geng-gengan kan? Geng ini isinya anak-anak pinter semua, geng ini isinya anak-anak komplek perumahan A, geng ini isinya yang zodiaknya sama, geng ini isinya anak OSIS semua. Lagu lama banget nih, satu sama lain antar geng pasti saling bersaing. Yang kasian yang ga punya gneng nih bakal jadi bulan-bulanan para gangster sekolah ini. Mulai dari bentuk ucapan yang ga pantas sampai tindakan fisik melecehkan, kayak nunjuk-nunjuk depan muka, kepala di toyor, sampai pemerasan (>_<) uwaaaa serem. Untung ga pernah ngalamin, tapi pernah lihat dan isinya bener-bener Drama Queen banget.

Untuk yang ini agak sulit ya diatasinya, karena pada dasarnya manusia itu mahluk sosial yang lebih senang ngumpul dengan sesamanya yang punya ciri setipe. Berorganisasi adalah salah satu cara menghilangkan cara berkelompok yang homogen (sesama) menjadi heterogen (berbeda-beda). Masalahnya, kebanyakan organisasi di sekolah seperti OSIS hanya merekrut siswa yang pinter, tajir, cantik/ganteng,  dan berprestasi. Harusnya anak dengan kemampuan kayak gini ga usah diarahkan lagi, harusnya merekrut siswa yang cupu, yang kere, yang ga cantik/ ga ganteng, dan kurang berprestasi. Biar mereka-mereka ini bisa jadi kayak temen-temennya yang diatas dan terhindar jadi bahan bullying temen-temennya.

 

Bullying juga bisa datang dari rumah, oh wacth out parents!! Sifat kita dirumah sebagai orang tua bisa jadi pemicu anak remaja jadi pelaku bullying atau korban bullying. Sering lihat papa mamanya so’ bossy di rumah bisa bikin psikologis anak jadi pelaku bullying, dan diperlakukan kayak pembantu serta dibatasi kebebasannya bisa bikin si anak jadi korban bullying. Jadi bijaklah para mama dan papa, anak remaja seperti ini bisa memiliki dua kepribadian. DANGER kalau sudah bengini ceritanya, cara mengatasinya adalah, selalu perhatian dengan sikap dan perubahan yang terjadi pada anak remaja anda. Berikan pujian kalau perbuatannya baik dan membantu, dan ingatkan jika dia salah, wah ga usah diajarin ya mama papa. Tapi kadang kita sebagai orang tua lupa, kita saling ingatkan aja ya.

No. 2 Tawuran:

Ini adalah tindakan atau bentuk ekspresi lanjutan dari perilaku bullying. Saat kata-kata cemoohan dan tindakan pelecehan oleh sentuhan halus sudah tidak mempan, maka kekerasan yang ekstrem seperti tawuran adalah cara lainnya. Penyebabnya hal sepele, inget dong masa-masa sekolah dulu? Sikap kita diatur oleh norma-norma sopan-santun, kayak bilang permisi kalau lewat depan orang, bilang maaf kalau ga sengaja menyakiti atau salah, bersikap antri, hal sepele ya. Dan jika sudah ada ego (sensitif) dalam norma sopan-santun, ini akan jadi masalah besar.

Kasus tawuran bisa terjadi hanya karena ga sengaja nginjek tali sepatu di angkutan umum, bisa jadi karena godain anak perempuan, bisa karena ga bilang permisi saat lewat, atau bullying tadi secara ga disengaja karena bercanda. Terus gimana cara mengatasinya?

Gampang, kalau menurut saya. Membohongi diri sendiri dalah cara paling ampuh, bersikap biasa-biasa aja, atau mungkin pura-pura ga tahu. Stop to much talking, kalau ga enak buang aja gampang kan? Jangan banyak kometar kalau ga suka. Atau cara lainnya, digombalin aja lebih seru kali aja jodoh , Upss (¯¯̮). Atau yang terakhir, belajar ilmu ikhlas hehehehe.

 

No. 3 Pergaulan bebas:

Pernah dengar kasus pernikahan dini? Pemerkosaan? Penculikan gadis dibawah umur? Atau wacana survey keperawanan? Ini dia masalah yang sering dianggap tabu (ga umum), dibahasnya sembunyi-sembunyi. Dijadikan maklum karena udah umum, meskipun umumnya juga sembunyi-sembunyi. Kalau dibahas secara umum, jadi pro-kontra (pertentangan) yang ujung-ujungnya, maklum lagi. Dan kebanyakan korbannya adalah remaja perempuan, ini waktunya saya harus bilang WOW.

Hal ini banyak terjadi karena sikap kita nih sebagai orang tua terlalu kuno, jangan terlalu mengekang sama anak. Dekati mereka seperti sahabat. Berpikiran dengan cara mereka, kita juga pernah muda kan. Pernah lah pacaran, kasih tau gimana cara kita pacaran dulu sama papanya atau mamanya. Kasih tau juga bahwa remaja seperti mereka artinya punya tanggung jawab apalagi menyangkut organ seksual. Jangan merasa hal tersebut bersifat porno, kan namanya juga orang tua. Kita tau segala halnya tentang anak kita dari mereka lahir. Terkadang mama atau papa harus memberikan sentuhan fisik, seperti pelukan atau ciuman sayang. Itu untuk mengurangi rasa penasaran anak terhadap bagaimana rasanya dipeluk atau dicium lawan jenis. Boleh kan kita orang tua memeluk dan mencium anak sendiri, kan tanda sayang.

 

 

So parents, …. Gimana cukup membantu kan obrolan kita disini. Mudah-mudahan bisa  membantu pemecahan masalah kita sebagai orang tua. Saya mungkin belum meminkah dan memiliki anak, tapi berada disekitar anak-anak setiap hari dan banyak melihat tingkah mereka yang ga biasa ada dirumah membuat saya tergelitik untuk membahas ini secara mendalam.

 

GALAU



Pernah dengar istilah galau? Kata “@vjdaniel galau adalah sejenis penyakit yang datangnya saat malam hari”. Dan penyakit galau itu banyak diderita oleh para alay (orang yang hiperbolis), bisa karena masalah percintaan, keuangan, persahabatan, pekerjaan, dan hal yang ga penting.


Kebanyakan penderita penyakit ini adalah remaja usia sekolah.
“ich, hape ngebangke ajah dari kemaren. Si dia ga sms”
“dijauhin temen2, kenapa mereka ngejauhin aku, apa sih salah aku?”
“pengen smsan, tapi ga ada pulsa. Lagi bokek”
“cape, jenuh. Pengen jadi bos”
“laper!”

Itu mungkin adalah segelintir ungkapan para remaja, tapi cara penyampaian dan penulisannya ga akan sebagus yang di atas tadi (cara alay).

Nah, penyakit ini di perparah dengan munculnya sosmed yang selalu menanyakan “apa yang anda pikirkan?”. Maka berkembanglah penyakit galau ini menjadi gangguan penyakit yang serius yaitu INSOMIA. Seperti yang dikutip dari twit seorang public figure Daniel Mananta, galau adalah penyakit yang munculnya hanya malam hari saja. Wajar kalu orang galau pasti susah tidur karena dia terus-terusan curhat pas malem-malem.

Tahu ga? Ternyata galau itu diakibatkan dari su’udzon (berburuk sangka) terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya. Bisa juga karena ingin di akui, atau sikap introvert (tertutup) yang membuat mereka akhirnya jadi susah sendiri. Atau bisa juga karena kurang benrinteraksi dengan orang lain, anak sekarang kan maenannya PS, computer game, dan tentu saja sosmed yang secara tidak langsung mengurangi interaksi langsung kita dengan manusia lainnya. Yang terakhir sinetron teenlit.

Mengobatinya? Gampang, husnudzon. Susah ya? Gini deh gampangnya, membohongi diri sendiri. Eits, jangan berpikiran yang engga-engga ya. Para motivator banyak melakukannya, kaya Mario teguh atau Tung Desem Waringin. Mereka membuat kita membohongi diri sendiri, supaya merasa lebih baik. Ini yang disebut bohong putih (^^.), berbohong demi kebaikan untuk diri sendiri dan pada diri sendiri. Jadi motivator untuk diri sendiri.

Atau cara lainnya adalah dengan memperbanyak kegiatan yang membuat kita banyak berinteraksi dengan orang secara langsung. Jualan, misalnya. Boleh jual apa aja asal jangan jual diri :P. Berolahraga juga dapat mempertajam mental, ga jadi mental tempe dikit-dikit galau. Ikut perkumpulan pemuda atau kegiatan yang bersifat fisik. Jadi pecinta alam (jadi si bolang), manjat pohon, atau main diluar dengan teman-teman. Tahu ga permainan galah asin, atau galah jaga?

Solusi terakhir adalah jadilah seorang pemikir, pikirkan galau karena cinta, sahabat, harta, pekerjaan dan hal ga penting lainnya itu ada manfaatnya atau banyak ruginya? Galau bisa bikin insomnia, akibatnya bangun kesiangan, tidak bersemangat, lemes, dan kawan-kawannya akan segera mengikuti. Asal kalian tahu, galau bikin orang disekitar kalian susah. Manfaatnya? Ga ada (^^.).

Galaulah dengan bijak, galau pada hal yang penting. Galau karena ga sholat, galau karena ga bisa nyenengin orang tua, hal seperti ini lebih pantas untuk jadi bahan galau. Jodoh, harta, kebahagiaan dan kesedihan adalah pengetahuan milik Allah semata, jangan dibikin galau.

Jadilah generasi yang bermutu, kurangin deh nonton sinetron teenlit, kurangin su’udzon banyakin dzikir dan olahraga. Biar jadi remaja sehat, juga bisa bersaing.